Bila berbicara tentang masalah gizi yang terbersit dalam pikiran kita adalah masalah kurang gizi. Terbayang anak kecil dengan badan kurus kering , perut membuncit, rambut tipis merah dan kusam. Namun ternyata disisi lain gizi lebih/kegemukan/obesitas juga telah menjadi masalah gizi yang harus di pikirkan. Sebab kedua permasalahan gizi tersebut berdampak pada resiko terjadinya penyakit degeneratif.
Masalah gizi di Indonesia
Terjadinya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain daya beli masyarakat yang rendah, ketersediaan pangan, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan makanan serta pola konsumsi makan yang tidak seimbang.
Transisi gizi menyebabkan terjadinya masalah gizi ganda. Di satu pihak, masih banyak anak yang kekurangan gizi., namun di lain pihak prevalensi gizi lebih (kegemukan) semakin meningkat .
Data dari Riskesdas 2010 menyebutkan pada balita di Indonesia angka prevalensi berat kurang (underweight) 17,19 %, kependekan (stunting) 35,6 %, dan gizi lebih (overweight) 5,8 %. Pada anak usia 6-12 tahun sejumlah 12.2 % tergolong kurus dan 9.2 % tergolong gemuk (gizi lebih). Pada orang dewasa 12.6 % tergolong kurus (IMT) dan 21.7 % tergolong gemuk. Bila dibandingkan dengan pencapaian sasaran MDG’s tahun 2015 yaitu 15,5 %, maka prevalensi berat kurang secara nasional harus diturunkan minimal 2,4 persen. Pada masalah gizi lebih atau kegemukan terjadi peningkatan prevalensi di tiap kelompok umurnya. Semakin bertambahnya umur, masyarakat cenderung lebih tinggi untuk kelebihan berat badan dibanding yang kurus. Ini menunjukan terjadinya masalah gizi ganda yaitu kurang gizi dan gizi lebih.
Masalah transisi gizi terjadi karena banyak hal yang tidak bisa terkontrol lagi. Misalnya seperti urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, perubahan pola kerja, transportasi maupun proses pengolahan makanan. Pola kerja yang semakin pasif sebagai dampak kemajuan teknologi, mudahnya sarana transportasi, dan berbagai fasilitas instan merupakan faktor pencetus terjadinya kegemukan. Di samping itu, secara umum pola konsumsi pangan masih belum mencerminkan pola makan yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Kegemukan terjadi karena konsumsi makanan yang tidak terkontrol, dan banyak mengandung karbohidrat dan lemak yang tinggi, terlalu banyak mengonsumsi garam, gula, kurang konsumsi buah dan sayur ditambah kurangnya aktivitas fisik. Sementara kegemukan ini dapat menjadi pemicu utama meningkatnya penyakit-penyakit tidak menular yang ada di dalam tubuh, seperti kanker dan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan diabetes.
Karakteristik pola konsumsi pangan masyarakat (Susenas, 2011), antara lain: Konsumsi kelompok minyak dan lemak, sudah diatas anjuran kecukupan; Konsumsi sayur dan buah baru mencapai 63,3%; konsumsi pangan hewani 62,1%; konsumi kacang-kacangan 54%; konsumsi umbi-umbian 35,8%; dan kontribusi pangan olahan dalam pola makan sehari-hari sudah tinggi. Pola makan pangan yang tidak seimbang ini merupakan merupakan salah satu faktor rsiko utama terjadinya penyakit degeneratif.
Sebaliknya, di satu tempat yang sama pun bisa juga terjadi anak yang mengalami kekurangan gizi.
Kekurangan gizi ini banyak terjadi sejak anak tersebut masih menjdi janin di dalam kandungan. Akibatnya, berat badan bayi saat lahir sangat rendah, prevalensi anak tumbuh pendek(stunting) tinggi, dan pada akhirnya membuat sang anak rentan terhadap penyakit juga. Sama halnya dengan kegemukan, masalah gizi kurang juga dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif ataupun penyakit yang tidak menular lainnya.
Untuk itu sebagai upaya dalam mencegah terjadi permasalan gizi ganda ini, cara yang paling tepat adalah dengan pemenuhan Gizi Seimbang. Terutama pada seribu hari pertama kehidupan anak.
Mengapa 1000 hari?
Maksud dari 1000 hari adalah 1000 hari pertama kehidupan anak, mulai dari anak masih dalam kandungan dan sampai anak tersebut berusia 2 tahun. Beberapa ahli mengatakan bahwa periode umur anak dibawah 2 tahun dikenal dengan “periode emas” atau “Window of Opportunity”..
Diantara banyak faktor yang dominan, sejumlah penelitian ilmiah yang sangat signifikan membuktikan bahwa gizi merupakan hal penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia. Momen terpenting di awal kehidupan manusia sangat memerlukan asupan gizi yang memadai, yakni selama kehamilan (270 hari), pemberian ASI saja (eksklusif) sampai anak berusia enam bulan, dan dilanjutkan pemberian ASI beserta Makanan Pendamping (MP- ASI) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Kekurangan gizi dapat menghambat pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas. Anak kurang gizi pada saat balita bisa tumbuh pendek dan kecerdasannya tidak maksimal. Tumbuh kembang otak 80% terjadi pada masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Diperkirakan 48 juta orang memiliki IQ yang rendah akibat kekurangan gizi. Produktivitas juga turun sebesar 20 – 30 %. Oleh karena itu bila kekurangan gizi tidak segera diatasi, dalam jangka panjang akan mengakibatkan hilangnya potensi generasi muda yang cerdas dan berkualitas (lost generation) sehingga anak menjadi tidak produktif dan tidak mampu bersaing di masa depan.
Mewujudkan Gizi Seimbang untuk Mengatasi Masalah gizi Ganda
Dengan pemenuhan gizi seimbang, meningkatkan pengetahuan, memperbaiki sikap dan perilaku menjadi bergaya hidup sehat, bisa efektif dalam mencegah kasus gizi ganda seperti ini. Gizi seimbang mencakup makan makanan yang beraneka ragam, pola hidup bersih, pola hidup aktif dan olahraga, serta memantau kesehatan secara teratur.
Pemenuhan gizi seimbang ini, perlu dilakukan sejalan dengan siklus hidup, mulai dari ibu hamil hingga nanti saat lanjut usia.
Berikut isi Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS)
1.Makanlah aneka ragam makanan
Tidak satupun bahan makanan yang memiliki kandungan gizi yang lengkap. Sehingga agar kebutuhan tubuh akan zat gizi dapat terpenuhi hendaknya kita mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam.
Makanan bergizi seimbang akan mensuplai tubuh manusia dengan zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang sesuai dengan kebutuhan
Sumber Zat Tenaga :
Zat tenaga diperlukan tubuh untuk melakukan aktifitas fisik. Kita dapat memperoleh zat tenaga dari makanan-makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Nasi sebagai makanan pokok orang Indonesia adalah salah satu sumber karbohidrat kompleks. Tidak hanya nasi, kita juga dapat memperoleh karbohidrat dari roti, kentang, ubi, tales, singkong, sagu, jagung, dan sebagainya. Sedangkan bahan makanan yang mengandung karbohidrat murni dapat kita peroleh dari gula dan madu. Selain itu sumber zat tenaga bisa diperoleh dari lemak dan minyak.
Sumber Zat Pembangun
Selain makanan –makanan sumber tenaga, kita juga memerlukan makanan sumber protein sebagai zat pembangun yang berfungsi membangun dan memelihara jaringan tubuh. Terdapat dua macam sumber protein yaitu sumber protein hewani dan nabati, keduanya sama pentingnya. Protein hewani bisa diperoleh dari daging, hati, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Sedangkan protein nabati bisa diperoleh dari kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu, tempe, dll.
Sumber Zat Pengatur
Zat pengatur juga diperlukan dalam pengaturan proses metabolisme dalam tubuh. Yang berfungsi sebagai zat pengatur adalah Vitamin dan mineral. Sumber vitamin dan mineral terdapat pada sayuran dan buah-buahan segar
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi.
Konsumsi energi berlebihan/ melebihi kecukupan akan disimpan dalam tubuh sebagai cadangan dalam tubuh dalam bentuk lemak atau jaringan lain. Kelebihan cadangan dalam bentuk lemak dalam tubuh mengakibatkan kegemukan disertai berbagai gangguan kesehatan. Sedangkan apabila konsumsi energi kurang, energi dalam tubuh akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut, sehingga terkadang mengakibatkan menurunnya produtivitas kerja, merosotnya prestasi belajar , dan olah raga.
3. Makanlah sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi
Untuk memenuhi kebutuhan energi, tubuh tidak hanya mempererolehnya dari karbohidrat namun masih ada zat gizi lain yang berperan dalam pemenuhan energi yaitu lemak dan protein.
4.Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berfungsi untuk :meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin(A, D, E, dan K), menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10% (2 sdt/hr) dari kebutuhan energi dan tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi. Lebih baik menggunakan lemak dan minyak nabati, karena mudah dicerna oleh tubuh, selain itu kurangi konsumsi makanan bersantan dan yang digoreng.
5.Gunakan garam beriodium.
Zat yodium sangat diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan yodium per hari sekitar 1-2 mikrogram per kilogram berat badan. Akibat dari kekurangan yodium adalah pembesaran kelanjar gondok pada leher, gangguan pertumbuhan dan kelemahan fiik, kegagalan reproduksi, hipotiroid, gangguan perkembangan sistem saraf, serta gangguan fungsi mental yang dapat berpengaruh terhadap kehilangan IQ, point yang identik dengan kecerdasan dan produktivitas. Kekurangan yodium pada kehamilan dini akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat disembuhkan
Karena itu untuk memenuhi kecukupan yodium, sebaiknya didalam menu sehari-hari selain penggunaan garam beryodium disertakan pula bahan-bahan pangan yang berasal dari laut, antara lain: ikan, kerang-kerangan, udang, rumput laut dan aneka jenis hasil olahannya.
6.Makanlah makanan sumber zat besi.
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan akan mengakibatkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal dengan masyarakat sebagai penyakit kurang darah Pada anak-anak kekurangan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung, menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar (Almatsier, 2004). Sumber zat besi yang baik adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Seseorang yang kekurangan zat besi cenderung memiliki berat badan kurang karena menurunnya nafsu makan. Sehingga konsumsi makanan sumber zat besi merupakan hal yang penting.
7. Berikan ASI saja (eksklusif) kepada bayi sampai berumur 6 bulan.
ASI Eksklusif perlu diberikan selama 6 bulan pertama karena pada masa itu bayi belum memiliki enzim pencernaan yang sempurna untuk mencerna makanan atau minuman lain. Terlebih semua jenis nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi sudah bisa dipenuhi dari ASI. Dengan pemberian ASI Eksklusif melindungi bayi dari risiko infeksi akut seperti diare, pneumonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan infeksi saluran kemih. ASI Ekslusif juga melindungi bayi dari penyakit kronis di masa depan seperti diabetes melitus tipe 1.
8.Biasakan makan pagi.
Manfaat makan pagi bagi orang dewasa adalah memelihara ketahanan fisik,mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkanproduktivitas kerja. Bagi anak sekolah ,makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.(Setidaknya setiap tiga atau empat jam, makanlah dalam porsi kecil).
9.Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya.
Air dalam tubuh memiliki fungsi : melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral, mengatur suhu tubuh, melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil. Air yang dikonsumsi seseorang, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari. Mengkonsumsi cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, dan dapat menurunkan risiko penyakit batu ginjal.
10.Lakukan kegiatan fisik dan olah raga.
Kegiatan fisik dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan
11. Hindari minuman beralkohol.
Akibat mengkonsumsi alcohol secara berlebihan mengakibatkan hipoglikemi, beresiko terjadi berbagai penyakit diantaranya gangguan fungsi hati, kerusakan saraf otak dan jaringan, serta kurang gizi yang disebabkan terhambatnya proses penyerapan gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup.
12.Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Makanan yang AMAN adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya. Bahan kimia berbahaya antara lain seperti pengawet borax dan formalin dan pewarna sintetis rhodamin B.
13.Bacalah label pada makanan yang dikemas.
Untuk memastikan bahwa makanan yang kita beli aman dikonsumsi, maka hendaknya kita selalu membaca label makanan. Beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan dalam label makanan , diantaranya adalah nama produk, sertifikasi halal, informasi gizi, komposisi & identifikasi produk dan tanggal kadaluarsa.
(Subakti Adiningsih, S.Gz)
Daftar Pustaka
- Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
- Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar – Riskesdas 2010. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010.
- Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan